Kamis, 30 November 2017

NONTON WAYANG KULIT: ETIK DAN ESTETIKA



Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 24 November 2017, saya dan teman-teman satu kelas Pendidikan Matematika A S2 UNY berkunjung ke Museum Sonobudoyo dalam rangka nontton wayang kulit. Tiket di pesan sebelum pukul 20.00 WIB karena pertunjukan wayang kulit dilakukan dari jam 20.00 sampai 22.00 WIB. Pertunjukan wayang kulit tersebut dilakukan di pendopo yang ada di bagian selatan Museum Sonobudoyo. Selain kami, ada pula turis atau wisatawan asing yang ikut menonton pertunjukan tersebut. Cerita yang dimainkan tiap harinya berbeda-beda, ada 8 episode dalam cerita Ramayana yang ditampilkan bergantian setiap harinya. Kebetulan saat saya nonton wayang tersebut ialah episode ke-8 yitu cerita kematian Rahwana saat berperang Melawan Rama.
Berbicara tentang wayang, maka antara wayang dan filsafat tida bisa dipisahkan karena wayang adalah filsafat jawa. Wayang mengambil ajaran-ajaran dari kepercayaan-kepercayaan yang dapat kita tarik suatu filsafat did alamnya. Dalam wayang menceritakan kehidupan manusia, dewa dan lain-lain yang ada di alam semesta. Selain itu, wayang juga memiliki keteladanan yang tercermin dari tokoh-tokohnya. Begitu pula dalam cerita wayang kulit yang saya tonton memiliki beberapa keteladanan yaitu kita tida boleh memaksakan kehenda kita kepada orang lain, selain itu kita harus memperjuangkan orang-orang yang kita sayangi atau keluarga kita, serta bersikap setia.
Nilai etika dalam perwayangan adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita wayang tersebut. wayang dapat digunakan sebagai salah satu media untuk menguba tingkah laku atau cara pandang seseorang dalam rangka mendewasakan diri. Wayang juga memberikan ajaran atau nilai-nilai secara tersirat maupun tersurat yang dihadirkan melaui tokoh-tokoh wayang. Selain itu, wayang juga sebagai sosialisasi kepada masyarakat akan keteladanan tokoh wayang sehingga dapat mereaisasikan peran keteladanan tersebut dalam kehidupan nyata.

Nilai estetika dalam perwayangan adalah nilai keindahan yang berasal dari budaya jawa. Salah satu seni atau keindahan yang terlihat ialah pada property wayang tersebut, terutama wayang kulit. Wayang sendiri dibuat dengan kulit hewan yang diukir serta didandani sedemian rupa sehingga menampilkan representasi tokoh-tokoh serta karakternya. Selain itu, terdapat gamelan atau alat music pengiring pertunjukan wayang yang menghasilkan alunan suara instrument yang indah dan mencirikan melodi khas jawa. Ada juga sinden yang membawakan tembang atau lagu jawa yang menjadi backsound dari pertunjukan wayang. Tak lupa juga dhalang sebagai tokoh utama pelaksanaan pertunjukan wayang yang bertugas menghidupkan wayang sehingga menjadi cerita yang dapat dinikmati. 

Selasa, 17 Oktober 2017

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Tanggal 10 Oktober 2017 Narasi Besar Dunia Oleh : Prof. Dr. Marsigit M.A.



Perkembangan filsafat dari awal jaman hingga akhir jaman bagaikan air yang mengalir dari sumber mata air pegunungan hingga ke lautan yang luas. Dengan sumber mata airnya ada di zaman jaman dahulu, sedangkan hilirnya ada di jaman akhir atau modern. Berbeda dengan kehidupan di jaman dahulu yang masih murni apa adanya, kehidupan di zaman modern dipenuhi dengan hoax dan manipulasi politik sehingga kehidupan manusia bagaikan ikan kecil dilaut yang tercemar oleh limbah pabrik. Diibaratkan demikian karena perilaku ikan kecil yang terkena limbah pabrik berenang tak tentu dan tak beraturan seperti perilaku manusia di zaman modern yang kebingungan menentukan sikap. Maka berbahagialah seorang manusia yang masih menjadi ikan kecil yang berenang teratur, artinya manusia itu tidak termakan berita hoax.
Berita hoax di zaman modern semakin merajalela diakibatkan mudahkan pertukaran informasi dalam segala bahasa melalui informasi internet, media sosial, komunikasi dengan aplikasi chat, Blogging, Media Elektronik, dan lain-lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia pada zaman modern ini adalah bahasa. Prof. Marsigit menyampaikan bahwa sebenar-benar filsafat adalah bahasa; sebenar-benar dirimu adalah bahasamu; sebenar-benar rumahku adalah bahasa; dan sebenar-benar pikiran adalah bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dapat dinilai dari apa yang ia ucapkan dan ceritakan ke lingkungan sosialnya. Dalam hal ini filsafat ialah menyampaikan apa yang ada di pikiran dan berusaha memahami apa yang ada di luar pikiran. Meski tidak mungkin bagi orang untuk menyampaikan isi pikirannya benar-benar secara utuh. Karena pemikiran manusia tidak mudah untuk direpresentasikan hanya dengan bahasa.
Pada awal mulanya pemikiran manusia (filsafat) terbagi menjadi dua dunia, yaitu dunia langit dan dunia kenyataan. Kedua dunia itu cair dan padu. Akan tetapi pada perjalanannya kedua dunia itu menjadi terkanalisasi, terpisah, tidak padu, dan ada kecenderungan intolerisme. Hal ini dikarenakan perkembangan dan perbedaan pemikiran antar satu individu dengan individu lain seiring perkembangan zaman. Sehingga tidak dapat dipungkiri, munculnya dua kubu yang bertentangan itu pasti terjadi. Dua kubu itu adalah spiritualisme dan materialism.
Keyakinan (spiritualisme) berada di dunia langit, di dalamnya terdapat keyakinan akan Tuhan Yang Maha Esa, prinsip dan aturannya adalah bersifat absolut (absolutisme) dan tunggal (monoisme). Spiritualisme ini hendaknya dipahami dengan menggunakan hati, ketetapan dan kebenaran Kitab Suci agama tak perlu dipikirkan dengan pikiran, biarlah hati meyakini kebenaran tersebut, dan kita laksanakan apa yang tertulis dan dinyatakan dalam Kitab Suci agama kita masing-masing.
Sedangkan Prof. Marsigit menekankan bahwa yang satu dan tunggal (monoisme), yang absolut (absolutisme) hanya bisa dimiliki oleh Tuhan. Sebenar-benar prinsip monoisme dan absolutisme adalah kuasa Tuhan yang sudah tertulis pada Kitab Suci Agama. Oleh karena itu semua yang ada di dunia ini bersifat plural (pluralisme) dan relatif (relativisme). Contohnya, seorang laki-laki saat ini ia adalah ayah dari anak-anaknya, tetapi beberapa belas tahun yang lalu ia adalah anak remaja dari ayahnya, sedangkan beberapa puluh tahun mendatang ia mungkin saja seorang kakek dari cucu-cucunya. Maka seorang lelaki tersebut relative tergantung ruang dan waktunya. Oleh karena itu penting bagi kita berperilaku sesuai ruang dan waktu.
Hal penting selain ruang dan waktu ialah intuisi. Pada perkuliahan ini, Prof. Marsigit mengatakan bahwa pada dasarnya kehidupan di dunia ini berjalan berdasarkan intuisi, yaitu pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Ciri-ciri sesuatu hal itu adalah intuisi yaitu apabila hal tersebut dapat kita mengerti dan pahami tetapi kita sendiri tidak ingat sejak kapan dan bagaimana kita memiliki kemampuan tersebut. Sebagai contoh tentang konsep cinta, sayang, kasihan, cantik, jelek, marah, bahagia, sedih, dan lain-lain. Kita mengerti dan mampu membedakan masing-masing istilah tersebut, tetapi kita tidak ingat sejak kapan kita mendapatkan konsep atau pengertiannya.
Hal penting lain setelah intuisi adalah pengetahuan. Immanuel Kant berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan itu didapatkan dengan cara sintetik apriori yaitu didapatkan dengan cara apriori (dapat memahami suatu hal sebelum kita melihatnya mengalaminya hanya dengan asumsi) atau dengan cara aposteriori (dapat memahami suatu hal hanya setelah kita melihat atau mengalaminya).

Matematika murni atau matematika orang dewasa bersifat apriori, yang mana menurut Immanuel Kant belum cukup untuk disebut pengetahuan, sedangkan matematika sekolah atau anak bersifat realisme, kongkrit dan aposteriori. Pada ranah pendidikan, suatu pengetahuan di sekolah khususnya matematika bagi anak-anak didapat melalui cara aposteriori. Sedangkan matematika orang dewasa merupakan pengetahuan dengan cara apriori. Jika kita bandingkan matematika dewasa (matematika murni) dengan matematika anak (pendidikan matematika) maka hasilnya akan sangat berbeda. Sehingga Ilmu bagi anak itu tidak ada. Pengetahuan bagi anak itu didapat dari pengalaman, sehingga seyogyanya setiap mata pelajaran yang disampaikan kepada anak-anak sebaiknya berupa aktifitas-sktifitas atau kegiatan-kegiatan. Sehingga sebenar-benar matematika bagi anak adalah suatu kegiatan.

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Tanggal 3 Oktober 2017 Metode dan Objek Filsafat Ilmu

Harmoni ialah keindahan suara di dalam bermusik. Di dalam filsafat, harmoni ialah segala sesuatu yang menjadikan seseorang merasa nyaman. Contohnya sehat merupakan harmoni karena manusia merasa nyaman dan dapat melakukan segala aktifitasnya. Sedangkan sakit adalah disharmoni karena menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak dapat beraktifitas dengan lancar. Maka bersyukurlah kita yang merasakan harmoni di dalam hidupnya. Namun, baik harmoni maupun disharmoni penting ada dalam kehidupan manusia. Apabila seseorang hanya merasa harmoni tanpa adanya disharmoni maka tidak ada usaha atau upaya yang dilakukan manusia. Sehingga manusia hidup tanpa perlu berpikir. Maka manusia itu akan masuk ke dalam mitos.
Dalam berilmu atau membangun ilmu perlu kegiatan berpikir. Apabila tidak berpikir maka seseorang tidak berilmu. Dalam filsafat orang yang tidak berpikir adalah mitos. Sedangkan orang yang berpikir ialah logos. Apabila kita sedang duduk di kelas menjalani kegiatan perkuliahan namun pikiran kita tidak terfokus pada mata pelajaran maka saat itu kita hanya mitos. Artinya hanya fisiknya saja yang hadir di dalam kelas, sedangkan pikirannya atau jiwanya menggembara entah kemana.
Sebenar-benar filsafat adalah penjelasanmu. Apabila seseorang belajar filsafat hanya dengan membaca tanpa berkomentar atau memberi penjelasan, maka orang tersebut belum bisa dikatakan sedang berfilsafat. Filsafat merupakan bahasa, sehingga perlu penjelasan atau deskripsi dengan bahasanya masing-masing. Apabila seseorang hanya menyampaikan pendapat filsuf lain, maka itu juga belum dikatakan berfilsafat karena filsafat adalah bahasamu sendiri. Artinya filsafat itu muncul dari dirinya seseorang karena hasil dari membaca atau mendengarkan. Dan sebenar-benar anti filsafat itu juga filsafat. Karena seseorang tidak mungkin membenci filsafat tanpa adanya filsafat terlebih dahulu. Maka sebenar-benar haters adalah fans yang tersembunyi, karena ia mengikuti aktifitas orang yang ia tidak sukai itu.

Dalam mempelajari filsafat ilmu kita harus ikhlas karena filsafat adalah olah pikir dan olah hati. Jika ikhlas maka dalam berfilsafat kita hanya bingung pikir. Namun, apabila tidak ikhlas maka kita akan bingung pikir sekaligus bingung hati. Dan sebenar-benar orang yang celaka apabila ia bingung hati. Intinya nikmati proses yang kita jalani dengan cara menjalani apa yang dipikirkan, memikirkan yang telah dijalani, kemudian keduanya dirangkai dalam doa. Karena berfilsafat itu tidak seperti mencari ilmu matematika atau eksak yang menjadikan seseorang yang awalnya tidak paham menjadi paham. Berfilsafat justru sebaliknya, menjadikan seseorang yang tadinya faham menjadi tidak faham. Maka sebenar-benar seseorang sedang berfilsafat ialah ketika ia menyadari bahwa ia tidak mengetahui apapun. Karena di dalam filsafat, orang yang tidak tahu itu derajatnya lebih tinggi.

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Tanggal 26 September 2017

Terdapat tiga pilar filsafat yaitu Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi. Ontologi ialah pengertian atau hakekat dari suatu hal. Epistimologi adalah metode untuk memperoleh pengertian atau pemahaman dari suatu hal. Sedangkan aksiologi adalah manfaat dari melakukan suatu hal. Di dalam filsafat, ketiga pilar ini saking berkaitan dan memiliki peranan penting. Contohnya dalam filsafat ilmu seseorang perlu memahami ontologinya atau pengertian atau hakekat dari suatu ilmu yang ingin dipelajari. Kemudian menemukan epistimologinya atau metode untuk membangun ilmu tersebut. Dan yang ketiga harus dapat mengerti dan melaksanakan aksiologinya atau dapat menemukan manfaat serta menerapkannya di dakam kehidupan sehari-hari. Sehingga ilmu dapat bermakna serta bermanfaat bagi kehidupan.
Dalam membangun ilmu, hal yang menandai suatu ilmu dapat terbentuk ialah munculnya pertanyaan-pertanyaan. Jika seseorang merasa penasaran akan suatu hal, pasti ada naluri untuk mencari tahu jawaban atau penyelesaiannya. Begitu pun dengan terbentuknya suatu ilmu. Sebelum seseorang mendapatkan suatu informasi yang bermakna, terlebuh dahulu ada rasa penasaran yang memunculkan pertanyaan sehingga terjadilah awal dari suatu ilmu. Ketika seseorang tidak memiliki rasa ingin tahu, sesungguhnya ia sedang tidak berilmu. Dan ketika seseorang enggan bertanya padahal sudah diberi kesempatan, sesungguhnya ia malas berilmu.
Setiap hal di dunia ini memiliki potensi, baik potensi menjadi baik atau buruk. Potensi dibagi menjadi dua yaitu takdir dan ikhtiar. Takdir ialah potensi seseorang yang sudah digariskan sedemikian rupa oleh yang maha kuasa terjadi seperti apa yang telah ditetapkan. Sedangkan ikhtiar adalah usaha suatu individu untuk merubah takdirnya, tentu saja perubahan yang diharapkan adalah perubahan untuk menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Jika takdir hanya menerima dan pasrah dengan apa yang akan terjadi, maka lain hal nya dengan ihktiar. Ikhtiar merupakan kegiatan atau aktivitas berubah dalam rangka mengupayakan agar terjadi takdir yang baik.

Dewa dalam filsafat itu berdimensi. Setiap makhluk dapat menjadi dewa dari makhluk lain. Setiap makhluk memiliki daksanya masing-masing. Contohnya ayam merupakan dewa daric acing, karena cacing tidak mampu memikirkan atau mengetahui kalau ayam akan memangsanya. Ayam menguasai kehidupan cacing yaitu sebagai predator cacing. Sedangkan cacing adalah daksanya ayam yang hanya bias pasrah apabila sudah dipatok ayam. Contoh lain rektor adalah dewa dari para dosen di universitas, karena rector mampu mengeluarkan kebijakan yang wajib ditaati oleh semua warga universitas termasuk para dosen. Dosen dengan jabatan dan gelar yang tertinggi sekalipun tetap akan tunduk patuh pada perintah rektor.  Contoh lainnya adalah diriku merupakan dewa dari diriku yang lain, yaitu diriku yang sekarang merupakan dewa dari diriku yang tadi karena sekarang aku bertambah sedikit pengalaman dari pada diriku yang tadi. Begitu pula diriku nanti atau di masa depan merupakan dewa dari diriku saaat ini.

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Tanggal 5 September 2017

        Sebenar benar seseorang sedang berfilsafat ketika seseorang itu bingung, asalkan hanya bingung pikir bukan bingung hati. Bingung di dalam pikiran artinya sedang membangun ilmu. Sedangkan piker di dalam hati menandakan seseorang tidak ikhlas dan dapat menjadi penyakit hati. Ciri-ciri orang membangun ilmu ialah ketika seseorang memiliki pertanyaan atau merasa penasaran akan suatau hal. Oleh karena itu dalam rangka mencari ilmu di perkuliahan, hendaknya kita tidak sungkan bertanya saat dipersilahkan. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mau bertanya, maka sesungguhnya ia tidak sedang membangun ilmu. Karena dari pertanyaan itu apabila mendapatkan jawaban, maka pikiran akan mulai membangun pengetahuan sehingga seseorang dapat dikatakan sedang berilmu.
        Sumber filsafat mencakup berbagai hal yang ada di dunia mulai dari makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan sampai benda mati seperti bebatuan, artinya sumber filsafat tidak hanya terbatas pada buku-buku cetak yang ditulis oleh para ahli dan pendapat-pendapat para filsuf. Karena sebener-benar berfilsafat adalah membahsakan dunianya objek, maka sumber dari filsafat itu mencakup seluruh objek yang ada di muka bumi. Contohnya air, meskipun nampak seperti benda mati, ia mampu bergerak dari hilir ke hulu, bahkan mampu melubangi batu yang sangat keras sekalipun. Ia dapat berpindah tempat dan juga dapat berubah wujud. Memiliki bermacam-macam rasa dan rupa. Sehingga apabila semua hal tersebut dan yang lainnya disebutkan dan dideskripsikan satu persatu maka tak akan habis sumber filsafat yang terkandung di dalamnya.
        Sesungguhnya setiap objek memiliki dunianya sendiri, baik itu obyek hidup maupun benda mati. Karena satu objek apabila dijelaskan dengan kata-kata, maka tidak akan cukup dituliskan deskripsinya walau menggunakan tinta sebanyak lautan. Contohnya ayam, ayam memiliki dunianya sendiri. Bagi cacing, ayam itu dewanya cacing. Bagi menusia, ayam itu daksanya. Ayam hidup memiliki berbagai jenis dan ras, ada ayam kampung, ayam potong, ayam kate, dan masih banyak lagi. Ayam mati pun juga memiliki berbagai jenis varian, ada ayam bakar, ayam goring, opor ayam, sate ayam, gulai ayam, dan lain-lain. Sehingga apabila ayam dijabarkan seluruhnya, maka terbentuknlah dunia ayam yang amat luas.
        Sebenar-senar belajar filsafat ialah mempelajari pemikiran para filsuf dari awal hingga akhir zaman. Maka sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dapat menguasai ilmu filsafat. Karena tidak ada seorang pun yang mampu mempelajari atau memahami pemikiran semua filsuf dari awal hingga akhir zaman. Kita hanya berusaha mempelajari filsafat melalui perkuliahan dan itu hanyalah sebgaian usaha kecil yang dapat kita lakukan. Dengan cara merefleksi materi perkuliahan yang disampaikan dosen, dan membaca sumber-sumber yang berkaitan dengan filsafat. Bahkan sebagian usaha kecil itu pun kita tidak benar-benar dapat melakukannya, karena sebelum kita memahami perkuliahan yang diberikan dosen, maka dosen telah berganti dari dosen yang tadi menjadi sekarang, dan mungkin juga akan berganti menjadi dosen nanti atau besok. Sehingga yang kita pahami dari perkuliahan sesungguhnya hanya sebagian kecil dari sebagian kecil yang ada.

Rabu, 13 Januari 2016

Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, Hermenetika dan Phenomenologi


Ontologi Matematika adalah teori mengenai apa yang ada, dan membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Eksistensi dari entitas-entitas matematika juga menjadi bahan pemikiran filsafat. Adapun metode-metode yang digunakan antara lain adalah:abstraksi fisik yang dimana berpusat pada suatu obyek, Abstrksi bentuk adalah sekumpulan obyek yang sejenis, Abstraksi metafisik adalah sifat obyek yang general.
Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek ontologi telah berpandangan untuk mengkaji bagaimana mencari inti yang yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental.
Contoh:
Kajian tentang pertanyaan apakah bangun datar itu hanya terdapat pada pemikiran manusia? Jika iya, lalu bagaimanakah kita menerapkannya pada ilmu pengetahuan.

Epistemologi Matematika adalah ilmu yang berusaha menjelaskan tentang pengetahuan dalam matematika. Matematika kemudian dipandang sebgai suatu ide yang ada di dalampikiran kita. Sehingga keberadaan yang sebenarnya dari matematika bersifat lebih abstrak. Menurut Imanuel Kant dalam (Marsigit, 2015 : 131) awal dari pengetahuan matematika adalah kesadaran tentan matematika.
Contoh:
Ilmu matematika itu sendiri dapat berupa rumus Trigonometri atau teorema-teorema lain yang dan berda di dalam pikiran kita, yang dipengaruhi oleh pengalaman dan akal atau pikiran kita.

Aksiologi Matematika terdiri dari etika yang membahas aspek kebenaran, tanggungjawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya dalam kehidupan. Jadi, jika ditinjau dari aspek aksiologi, matematika seperti ilmu-ilmu yang lain, yang sangat banyak memberikan kontribusi perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika.
Contoh:
Nuklir dianggap sebagai penemuan yang berbahaya. Namun, seseorang yang telah menguasai perhitungan matematika tentang nuklir mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Ontologi Pendidikan Matematika adalah bagian filafat yang mempelajari tentang hakekat; hakekat dunia pendidikan matematika, hakekat pendidik dan hakekat peserta didik.
Contoh:
Seorang guru seharusnya memahami hakekat peserta didik serta menerapkan pendidikan karakter yang dapat membentuk karakter siswa sebagai individu yang berkepribadian baik.

Epistemologi Pendidikan Matematika adalah adalah cara mempelajari hakekat dari pendidikan matematika. Berperan untuk memberikan jalan bagi orang yang ingin mempelajari pendidikan matematika.
Contoh:
Guru mengembangkan metode active learning untuk memacu kreativitas dan daya inisiatif siswa. Guru hanya sebagai fasiltator saja. Guru mengarahkan siswa. Siswa dapat memperolehnya melalui diskusi, problem based learning (PBL), pergi ke perpustakaan, belajar dengan e-learning (internet), membaca dan sebagainya.
Ketika kita mengajarkan materi lingkaran dimana dalam  rumus keliling dan luas lingkaran terdapat nilai, disini biarkan siswa sendiri yang menemukan berapa nilai  yaitu dengan cara siswa diajak melakukan percobaan pengukuran  terhadap beberapa benda yang berbentuk lingkaran, dari hasil percobaan tersebut siswa akan menenmukan sendiri berapa nilai  tersebut.

Aksiologi Pendidikan Matematika adalahilmu yang mempelajari fakta bahwa pada proses pembelajaran matematika di sekolah, tujuannya tidak hanya pada kuantitas pengetahuan matematika yang diperoleh melainkan pemanfaatan atau nilai dari pengetahuan matematika tersebut di dalam kehidupan.
Contoh:
Siswa mempelajari tentang pembagian dan bilangan pecahan di sekolah dasar. Kemudian, ia menerapkannya ketika sedang membagi kue ulang tahun kepada teman-temannya yang berjumlah delapan anak agar semua mendapatkan bagian yang sama rata.

Hermenitika Matematika adalah proses menterjemahkan dan diterjemhkan matematika. Hermenetika menterjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan matematika. Filsafat berusaha memahami objek-objek abstrak yang ada di dalam matematika. Sebaliknya, matematika juga berusaha diterjemahkan oleh filsafat. Proses menterjemahkan dan diterjemahkan initerjadi secara terus menerus dan berkesinambungan.
Contoh:
Pada jaman dahulu tokoh-tokoh dalam matematika menterjemahkan matemtika dalam kehidupan. Karena matematika adalah ilmu yang tidak terbatas. Ketidakterbatasan ini memungkinkan matematika diterjemahkan dalam berbagai sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya orang-orang mencoba menterjemahkan lingkaran. Namun lingkaran tersebut diterjemahkan ke dalam aturan sudut, luas, keliling, dan sebagainya.

Hermenitika Pendidikan Matematika adalah proses menterjemahkan dan diterjemahkan matematika pada praktik pendidikan atau pembelajaran. Dalam proses menterjemahkan yaitu bagaimana mempelajari tentang cara yang benar melakukan pembelajaran matematika. Karena pendidikan matematika tidak hanya mengenai pembelajaran matematika, melainkan matematika juga dapat dipelajari meskipun tanpa adanya pendidikan formal. Sedangkan dalam proses diterjemahkan pendidikan matematika memberikan fasilitas bagi filsafat dengan berbagai obyek dan permasalahannya.
Contoh:
Pelaksanaan pembelajaran matematika pada level tinggi dan level rendah. Cara yang tepat dalam pembelajaran matematika bagi mahasiswa sudah bisa dilakukan secara mandiri, sedangkan pembelajaran matematika untuk sekolah dasar masih perlubanyak bimbingan dan pengertian. Sebaliknya, kedua permasalahan ini dapat menjadi obyek pembahasan dalam filsafat.

Phenomenologi Matematika adalah kesadaran atau nalar tentang memahami matematika dengan mudah. Kesadaran atau nalar juga diperlukan untuk melakukan latihan rutin untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Sedangkan untuk objek abstrak, fenomenologi matematika membutuhkan model untuk memahaminya.
Contoh:
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan mengenai matematika dalam hal nyata. Misalnya dalam memahami sifat-sifat pada bangun datar berupa rumus Phytagoras dan aturan sinus cosinus dilakukan melakui model peraganya dalam bentuk konkrit.

Phenomenologi Pendidikan Matematika adalah proses pencapaian yang dilakukan melalui pengalaman nyata yang merupakan kegiatan yang secara sadar membantu siswa dalam membangun pengetahuan matematikanya.
Contoh:
Dalam memahami nilai dari 2 dalam dunia nyata, siswa melakukan kegiatan atau proses pembelajaran melalui rumus apotema pada Phytagoras khususnya segitiga siku-siku sama kaki yang diketahui panjang sisi tegaknya masing-masing bernilai 1.









Daftar pustaka
Erni Rukmini. 2014. Pengruh Model Pembelajaran Hermeneutika Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Sukoharjo. Penelitian. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://powermathematics.blogspot.co.id/2011/06/menterjemahkan-fenomena-kegiatan.html?m=1 diakses pada Selasa, 12 Januari 2016 pada jam19.16
http://powermathematics.blogspot.co.id/2012/phenomenology.html?m=1 diakses pada Selasa, 12 Januari 2016 pada jam19.49
http://powermathematics.blogspot.co.id/2015/11/ontologi-saintifik_1.html?m=1 diakses pada Selasa, 12 Januari 2016 pada jam19.27
http://www.academia.edu/5536142/ONTOLOGI-Revisi diakses pada Selasa, 12 Januari 2016 pada jam19.02
Marsigit. 2015. Filsafat Matematika dan Praktis Pendidikan Matematika. Yogyakarta: UNY Press.

Senin, 28 September 2015

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada 22 September 2015


Di dalam filsafat ikhlas ada dua macam, yaitu iklas hati dan ikhlas pikir. Tanda seseorang telah menempuh ikhlas hati dan iklas pikir ialah bahwa orang tersebut ikhlas dalam menjalankan semua aktifitasnya. Contohnya ikhlas mendengarkan, ikhlas mengucapkan , ikhlas menggunakan media informasi, ikhlas memberikan tanggapan, ikhlas dalam berpikir, ikhlas dalam perkuliahan, dan lain-lain.
            Ikhlas tidak hanya dimiliki oleh makhluk hidup, tetapi benda mati pun memiliki keikhlasan. Bahkan di dalam suatu ruang kuliah terdapat bermilyar-milyar keikhlasan. Contohnya keikhlasan seorang tukang kayu menggergaji, mengamplas dan mengecat sebuah kayu hingga menghasilkan meja kuliah, keikhlasan penjahit gorden, keikhlasan tukang bangunan, dan masih banyak yang lainnya.
            Keikhlasan diperlukan agar manusia dapat bersyukur dan tidak semata-mata mengejar kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanya milik AllahSTW. Tidak ada makhluk di bumi ini yang sempurna termasuk manusia. Sekali saja manusia diberi kesempurnaan, dia tidak lagi bisa merasakan hidup. Karena ketidaksempurnaan manusia itulah yang menjadikan manusia menjadi hidup atau menemukan kehidupannya.
            Dengan filsafat suatu hal yang salah bisa menjadi benar, begitu pula sebaliknya. Filsafat bisa menjadikan suatu hal yang benar menjadi salah. Hal ini karena sudut pandang benar atau salah oleh tiap-tiap orang itu berbeda-beda. Sudut pandang orang dewasa berbeda dengan sudut pandang anak-anak, sudut pandang wanita berbeda dengan sudut pandang pria, dan sebagainya. Di dalam filsafat, bukan benar atau salah yang digunakan untuk menilai suatu hal, tetapi ‘tidak sesuai’ atau ‘sesuai dengan ruang dan waktu’. 
Dalam kehidupan orang jawa sesuai ruang dan waktu dapat diartikan sebagai sopan santun atau tata krama. Karena menurut filsafat orang jawa, ilmu yang paling tingi ialah sopan santun. Tetapi, sebenar-benar ilmu adalah pikiran yang dijalankan atau diamalkan. Tidak hanya didiamkan di dalam pikiran atau angan-angan, tetapi diinteraksikan dengan kehidupan nyata atau dunia sosial.
            Di dalam matematika yang merupakan ilmu pasti pun terdapat filsafat. Matematika menurut filsafat hanya ada dua yaitu ruang dan waktu.  Aljabar dan aritmetika merupakan contoh matematika ruang, sedangkan geometri adalah contoh matematika waktu.

Rabu, 23 September 2015

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada 15 September 2015



Komunikasi adalah hal yang sangat penting di dalam kehidupan dan perkembangannya sangat cepat di era ini. Saat ini, komunikasi telah dipermudah dengan adanya teknologi. Teknologi memungkinkan terjadinya komunikasi antar manusia dengan kecepatan tinggi meskipun terpisah jarak yang sangat jauh. Bahkan komunikasi saat ini memungkinkan terjadinya diskusi tanpa tatap muka yaitu dengan menggunakan jarinan internet.
Hal yang sangat penting dalam mendukung pembelajaran di kelas adalah komunikasi. Dalam pembelajaran, komunikasi berfungsi untuk menyalurkan materi dari sumber belajar kepada subjek pembelajaran. Guru mempunyai peran sebagai fasilitator yang menyediakan sumber belajar. Siswa sebagai subjek pembelajaran melakukan aktivitas-aktivitas belajar yang disebut sebagai syntax pembelajaran. Dalam pembelajaran salah satu perantara komunikasinya adalah sumber belajar yaitu berupa buku, modul, LKS, materi dari internet, materi dari blog/website, dan sumber belajar lainnya. Hal ini dilakukan agar ilmu dan pengetahuan yang dibangun siswa dapat bertahan dalam jangka yang panjang.
Induk segala ilmu adalah filsafat. Filsafat merefleksikan yang awalnya tidak terpikirkan menjadi terpikirkan.  Semakin banyak berpikir tentunya semakin kacau pikiran kita, oleh karena itu semakin ditambah amalnya agar tidak terjadi kekacauan di dalam hati. Kacau di dalam pikiran itu hebat karena itulah calon ilmu bagi seseorang yang perpikir. Tetapi kacau dalam pikiran jangan sampai masuk ke dalam hati. Oleh karena itu bentengi hati kita dengan doa, keyakinan, dan ibadah.  

Begitu pula dengan filsafat. Kita mempelajari filsafat harapannya tidak hanya pandai berbicara tetapi juga bekerja. Karena orang yang hanya pandai bicara tetapi tidak pernah bekerja maka orang tersebut akan kosong. Dan orang yang bekerja tanpa berpikir akan buta. Maka belajar filsafat dan menerapkannya harapannya hidup kita tidak buta dan tidak kosong.

Senin, 06 Oktober 2014

Telaah Referensi Tentang Skema Proses Belajar Mengajar Dalam Rangka Memenuhi Tugas Perkuliahan Metode Pembelajaran Matematika Dengan Dosen Pengapu Prof. Dr. Marsigit, M. A. Pada Tanggal 30 September 2014


Filsafat dan ideologi bersumber dari duA hal pokok yaitu pikiran dan pengalaman manusia. Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.
Tanpa filsafat,  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat tidak akan berkembang. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Jadi, seorang guru harus mempelajari filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan.
Pemerintah memiliki fungsi penting dalam pelaksanaan pendidikan di suatu negara. Dalam melaksanakan pendidikan dibutuhkan landasan dalam pengembangan praktik-praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, dan manajemen sekolah. Sesuai dengan pembukaan UUD 1945, bahwa pemerintah wajib menyediakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem tersebut adalah sistem pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan unsur komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional merupakan pendidikan yang didasarkan pada Pancasila & UUD 1945 yang besumber pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia & tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Selain sistem pendidikan, strategi atau metode dalam proses belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat bermacam-macam metode pembelajaran beberapa contohnya yaitu Scientific, RME(Realistic Mathematic Education,dan masih banyak lagi. Dalam penyusunan perangkat atau instrumen pembelajaran yang digunakan haruslah sesuai dengan strategi atau metode yang dipilih. Jangan sampai terjadi kesalahan seperti penggunaan RPP Scientific tetapi LKS dan Texs Book yang digunakan adalah RME. Oleh karena itu perangkat atau instrumen pembelajaran yang meliputi Proses Belajar Mengajar, RPP, LKS, Texs Book, assessment, dan sebagainya harus sesuai antara satu dengan yang lain.
Setelah semua komponen dalam pembelajaran terpenuhi perlu dilakukan observasi yang selanjutnya dituangkan dalam lembar observasi PBM. Mulai dari kategori, kisi-kisi, indikator, hingga instrumen dalam PBM. Hal ini penting dilakukan agar kita mengetahui seberapa efisien proses belajar mengajar yang kita laksanakan.

Sumber:

Senin, 22 September 2014

STRATEGI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dalam Tugas Perkuliahan Methods of Mathematics Instruction oleh Prof. Dr. Marsigit, M. A. dan Nila Mareta Murdiyani, S.Pd, M.Sc

Komponen-komponen yang penting dalam PBM adalah:
  1. Subyek belajar
  2. Variasi sumber belajar/ mengajar
  3. Lingkaran atau lingkungan belajar
  4. Konteks belajar mengajar
  5. Budaya
Subyek belajar dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) adalah siswa.  Beberapa hal yang mempengaruhi subyek belajar yakni alur pikiran dan cara belajar siswa. Di setiap wilayah terdapat perbedaan belajar siswa. Suatu lintasan belajar yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreatif matematis siswa yaitu TL (Learning Trajectory). Dari  TL akan dihasilkan skema pencapaian konsep atau yang biasa disebut rantai kognitif.

Secara garis besar terdapat 2 variasi sumber belajar yaitu ethnomathematics dan media pembelajaran. Ethnomathematics merupakan matematika yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan tertentu. sedangkan media pembelajaran adalah alat bantu dalam PBM. Dalam variasi interaksi akan membentuk pengetahuan formal. Sedangkan budaya akan membentuk pengetahuan intuisif.

Beberapa poin penting mengenai proses belajar mengajar yaitu:
  • Dalam PBM komponen secara ideal atau formalnya yaitu buku + jurnal serta metode pembelajaran.
  • Solusi transisi berupa HRD(Human Resource Developtment) guru dalam PBM akan menghasilkan lesson study.
  • Subyek formal pendidikan nasional dalam PBM ialah Kurikulum 2013 dengan metode scientific.
  • PBM ada yang bersifat ideal(filsafat-teori-PBM) dan obligatory atau wajib.
Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam PBM:
  1. RPP
  2. LKS
  3. Apersepsi
  4. Variasi sumber belajar
  5. Variasi media
  6. Variasi interaksi
  7. Variasi metode
  8. Kegiatan diskusi
  9. Rantai kognitif
  10. Refleksi siswa
  11. Kesimpulan oleh siswa(bukan oleh guru)
  12. Variasi assessment
Terdapat 2 metode pembelajaran yaitu metode belajar tradisional dan inovatif. Metode belajar tradisional didominan dengan pembelajaran sisitem ceramah. Yaitu guru sebagai satu-satunya sumber ilmu yang memberikan ilmunya kepada siswa yang diibaratkan menuangkan air ke dalam drum/tong yang kosong. Metode belajar inovatif ialah biasa disebut metode constructivisme. Yaitu guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subyek pembelajaran. Ibaratkan siswa adalah biji pohon yang disiram dan dirawat hingga menjadi kecambah dan berlanjut menjadi pohon yang tinggi. Tugas guru menjadi skafolding atau penyangga agar tanaman tumbuh tegak, sedangkan sisiwa itu sendiri yang menumbuhkan biji hingga menjadi pohon yang berbuah. Dari kedua metode tersebut yang paling tepat untuk diterapkan ialah metode inovatif.
  


Lampiran:









Jumat, 16 Mei 2014

Mengatasi “PR ALJABAR”


Mata pelajaran aljabar merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa, baik dalam memahaminya maupun ketika siswa mengerjakan soal aljabar. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya seorang guru atau pengajar menggunakan metode yang efektif agar siswanya menjadi paham dengan materi aljabar.
Memberikan PR(pekerjaan rumah) adalah metode yang umum digunakan oleh guru atau pengajar untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi kasus yang sering terjadi adalah siswa semakin kesulitan dan bingung dalam mengerjakan PR tersebut terutama ketika mereka salah dalam mengerjakan dan tidak tahu dimana letak kesalahan mereka. Untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan memberikan soal sekaligus jawabannya ke siswa, seperti yang telah ditulis oleh D. Bruce Jackson dalam bukunya yang berjudul ALGEBRA HOMEWORK (A SANDWICH!). Tetapi ada prosedur yang harus dipatuhi oleh siswa yaitu jangan hanya melakukan pekerjaan rumah, tetapi pelajari juga langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Bacalah dengan cermat dan kerjakan PR dengan pensil .
2.       Periksa jawaban Anda menggunakan kunci yang sudah diberikan oleh guru .
3.       Koreksi pekerjaan Anda menggunakan pena tinta warna merah.
·         Jika Anda dapat menemukan kesalahan Anda saat pertama kali mencoba ketiga langkah tadi maka Anda benar-benar mengerti masalahnya .
·         Jika Anda dapat menemukan kesalahan Anda saat kedua kali mencoba maka Anda harus mencari tahu dan pahami kesalahan apa yang Anda lakukan maka Anda akan mengerti masalahnya sekarang. Anda dapat melihat pekerjaan asli tulisan pensil dan koreksi pena merah.
·         Dan jika Anda tetap tidak menemukan kesalahan pada pekerjaan Anda setelah tiga kali mencoba dan menurut Anda buku itu mengatakan jawaban saya salah serta Anda tidak bias menemukan kesalahan maka Anda butuh bantuan dari seorang guru, teman, atau anggota keluarga .
4.      Ulangi proses ini untuk setiap masalah pekerjaan rumah .

5.      Di bagian atas pekerjaan rumah Anda, tulis catatan kecil yang menunjukkan bagaimana banyak masalah yang Anda mengerti ( pada percobaan ke-1 atau ke-2 ) yang muncul pada tugas yang diberikan.
Semoga artikel ini bermanfaat :)

Minggu, 22 Desember 2013

Cerita Tentang Sebuah Keluarga Bernama IME'12

Happy weekend J , aku mau nyeritain keluargaku di kampus nih. Ini dia=> Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari 30 mahasiswa(dan sekarang tinggal 27 L) yang mulai melakukan aktifitas bersama sejak 3 september 2012. Yaitu: Ilania Eka Andari, Afif Rizal, Rosmawati Zakiya, Herwati Dian Saputri(si cantik yang satu ini sudah nikah lho), Ibrohim Aji Kusuma, Ceria Andespi, Dwi Nur Hayati, Putri Solekhah(Saya Sendiri), Pratama Wahyu Purnama, Maulida Yulianti, Marissa, Wulandari, Istiana Kindi Maycarena, Dewi Thufaila, Alysa Rahmany Putri, Winda Nur Akhadya, Rydhlo Ega Putra, Rahmat Hadi Saputro(nih anak kuliah di Jepang lho), Hatun Tarhan, Faqih Mu’tasimbillah, Fattah Aji Prakoso, Indri Aryanti, Agusti Eke Dyah Larasati, Tiara Rusnanda Putri , Lisa Febrianti, Dian Puspita, Rony Prasetya(pindah ke UNDIP nih :p), Shella Azizah, Vidya Rachmawati, dan Ummu Hajar Dwi Jayanti.
PMI’12 begitu biasa kami dipanggil, atau kami lebih suka disebut IME YSU ’12 (kaya di group fb) berisi anak-anak yang beraneka ragam. Ada yang memang niat ke pendidikan matematika(kaya aku), dan ada juga yang nyasar. Ada yang tadinya pengen ke sebelah(UGM), ada yang pengen UI, juga ada yang sebenernya gak pengen jurusan pendidikan matemetika alias nyasar, malah ada yang pengen jurusan IPS. Pokoknya macam-macam deh, sama kaya sifat-sifat nya.
Bertigapuluh ini sifatnya beda-beda(yaiyalah), ada yang rame-pemdiem, lucu-garing, keras-lembut, aktif-kalem, rajin-malas, cermat-ceroboh, cerdik-pahpoh, pemaaf-penyabar, masih banyak lagi deg pokoknya dan yang pasti menurutku anaknya seru-seru J.
Harapanku ke depan kita ,IME’12, bisa terus bareng ampe wisuda. Kita jadi keluarga yang erat dan penuh kasih sayang(ecieeh). Tetep jadi kelas paling gokil, kelas teladan, dan kelas internasional hahaha. Sekian. Thanks udah mau baca J

NB: sorry kalau penyebutan namanya ada yang salah, hehehe

Sabtu, 13 April 2013

Reflection on 25th March 2013



Like last week, today we watch some video. In this lecture there are three video, not only video about mathematics but also about motivation. Titles of this video are ‘Quadratic Form’, ‘Invers Function’, and ‘Do You Believe Me?’.
In mathematics quadratic form is a quadratic form over some real vector space V that has the same sign(always positive or always negative) for every nonzero vector of V. According to that sign, the quadratic form is calledpositive definite or negative definite. A semidefinite (or semi-definite) quadratic form is defined in the same way, except that "positive" and "negative" are replaced by "not negative" and "not positive", respectively. An indefinite quadratic form is one that takes on both positive and negative values.
‘Do You Believe Me?’ is a Inspirational video for the start of school video. This video, posted to YouTube and created for the Starkville (Mississippi) School District by Broadcast Media Group,  is a great video to share with teachers, administrators, students, parents, and other constituents in our educational community. This video participants answer the basic and important questions:
1.      What do you want to be when you grow up?
2.      Why did you become a teacher?
3.      Who is your favorite teacher? What is your favorite subject? Why?
An inverse function is a function that undoes another function: If an input x into the function f produces an output y, then putting y into the inverse function g produces the output x, and vice versa. i.e., f(x)=y, andg(y)=x. More directly, g(f(x))=x, meaning g(x) composed with f(x) leaves xunchanged. A function f that has an inverse is called invertible; the inverse function is then uniquely determined by f and is denoted by f−1 (read f inverse, not to be confused with exponentiation).