Senin, 28 September 2015

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada 22 September 2015


Di dalam filsafat ikhlas ada dua macam, yaitu iklas hati dan ikhlas pikir. Tanda seseorang telah menempuh ikhlas hati dan iklas pikir ialah bahwa orang tersebut ikhlas dalam menjalankan semua aktifitasnya. Contohnya ikhlas mendengarkan, ikhlas mengucapkan , ikhlas menggunakan media informasi, ikhlas memberikan tanggapan, ikhlas dalam berpikir, ikhlas dalam perkuliahan, dan lain-lain.
            Ikhlas tidak hanya dimiliki oleh makhluk hidup, tetapi benda mati pun memiliki keikhlasan. Bahkan di dalam suatu ruang kuliah terdapat bermilyar-milyar keikhlasan. Contohnya keikhlasan seorang tukang kayu menggergaji, mengamplas dan mengecat sebuah kayu hingga menghasilkan meja kuliah, keikhlasan penjahit gorden, keikhlasan tukang bangunan, dan masih banyak yang lainnya.
            Keikhlasan diperlukan agar manusia dapat bersyukur dan tidak semata-mata mengejar kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanya milik AllahSTW. Tidak ada makhluk di bumi ini yang sempurna termasuk manusia. Sekali saja manusia diberi kesempurnaan, dia tidak lagi bisa merasakan hidup. Karena ketidaksempurnaan manusia itulah yang menjadikan manusia menjadi hidup atau menemukan kehidupannya.
            Dengan filsafat suatu hal yang salah bisa menjadi benar, begitu pula sebaliknya. Filsafat bisa menjadikan suatu hal yang benar menjadi salah. Hal ini karena sudut pandang benar atau salah oleh tiap-tiap orang itu berbeda-beda. Sudut pandang orang dewasa berbeda dengan sudut pandang anak-anak, sudut pandang wanita berbeda dengan sudut pandang pria, dan sebagainya. Di dalam filsafat, bukan benar atau salah yang digunakan untuk menilai suatu hal, tetapi ‘tidak sesuai’ atau ‘sesuai dengan ruang dan waktu’. 
Dalam kehidupan orang jawa sesuai ruang dan waktu dapat diartikan sebagai sopan santun atau tata krama. Karena menurut filsafat orang jawa, ilmu yang paling tingi ialah sopan santun. Tetapi, sebenar-benar ilmu adalah pikiran yang dijalankan atau diamalkan. Tidak hanya didiamkan di dalam pikiran atau angan-angan, tetapi diinteraksikan dengan kehidupan nyata atau dunia sosial.
            Di dalam matematika yang merupakan ilmu pasti pun terdapat filsafat. Matematika menurut filsafat hanya ada dua yaitu ruang dan waktu.  Aljabar dan aritmetika merupakan contoh matematika ruang, sedangkan geometri adalah contoh matematika waktu.

Rabu, 23 September 2015

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika Bersama Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada 15 September 2015



Komunikasi adalah hal yang sangat penting di dalam kehidupan dan perkembangannya sangat cepat di era ini. Saat ini, komunikasi telah dipermudah dengan adanya teknologi. Teknologi memungkinkan terjadinya komunikasi antar manusia dengan kecepatan tinggi meskipun terpisah jarak yang sangat jauh. Bahkan komunikasi saat ini memungkinkan terjadinya diskusi tanpa tatap muka yaitu dengan menggunakan jarinan internet.
Hal yang sangat penting dalam mendukung pembelajaran di kelas adalah komunikasi. Dalam pembelajaran, komunikasi berfungsi untuk menyalurkan materi dari sumber belajar kepada subjek pembelajaran. Guru mempunyai peran sebagai fasilitator yang menyediakan sumber belajar. Siswa sebagai subjek pembelajaran melakukan aktivitas-aktivitas belajar yang disebut sebagai syntax pembelajaran. Dalam pembelajaran salah satu perantara komunikasinya adalah sumber belajar yaitu berupa buku, modul, LKS, materi dari internet, materi dari blog/website, dan sumber belajar lainnya. Hal ini dilakukan agar ilmu dan pengetahuan yang dibangun siswa dapat bertahan dalam jangka yang panjang.
Induk segala ilmu adalah filsafat. Filsafat merefleksikan yang awalnya tidak terpikirkan menjadi terpikirkan.  Semakin banyak berpikir tentunya semakin kacau pikiran kita, oleh karena itu semakin ditambah amalnya agar tidak terjadi kekacauan di dalam hati. Kacau di dalam pikiran itu hebat karena itulah calon ilmu bagi seseorang yang perpikir. Tetapi kacau dalam pikiran jangan sampai masuk ke dalam hati. Oleh karena itu bentengi hati kita dengan doa, keyakinan, dan ibadah.  

Begitu pula dengan filsafat. Kita mempelajari filsafat harapannya tidak hanya pandai berbicara tetapi juga bekerja. Karena orang yang hanya pandai bicara tetapi tidak pernah bekerja maka orang tersebut akan kosong. Dan orang yang bekerja tanpa berpikir akan buta. Maka belajar filsafat dan menerapkannya harapannya hidup kita tidak buta dan tidak kosong.